Laksamana Lee Soon Sin dalam Film The Admiral : Roaring Current
Latar belakang
Yi Sun-sin lahir 28 April 1545 - meninggal 16 Desember 1598 pada usia 53 tahun merupakan tokoh militer dan pahlawan nasional Korea. Beliau adalah tokoh yang berjasa dalam menumpas serbuan pasukan Jepang yang menginvasi dalam Perang Tujuh Tahun pada masa dinasti Joseon. Salah satu kontribusinya yang terbesar dalam bidang militer Korea adalah penggunaan kapal perang berlapis besi pertama di dunia yang berbentuk kura-kura yang dinamakan Gobukseon. Sampai sekarang Yi dianggap sebagai seorang pahlawan terbesar dikarenakan kesetiaan, taktik dan kegigihannya dalam berperang. Yi Sun-sin wafat dalam usia 54 tahun pada tahun 1598 tepat setelah kemenangannya dalam akhir Perang Tujuh Tahun. Dalam 7 tahun masa perang itu, Yi Sun-sin memenangkan sebanyak 23 kali pertempuran di laut tanpa kalah. Beliau diberi gelar Chung Mu Gong atau Pahlawan kesetiaan dan pengabdian.
Sinopsis
The Admiral : Roaring Current yang dalam harafiahnya berarti Laksamana menderu! adalah cerita mengenai pertempuran perang Myeongnyang di mana pertempuran paling menakjubkan yang pernah dipimpin Laksamana Lee Soon-sin.
Awal narasinya memberikan kita bayangan bahwa betapa keras hidup seorang laksamana ini untuk membela negara, menyelamatkan bangsa dan menegakkan kerajaan.
Orang baik dan hebat selalu mengundang decak kagum namun juga mengundang rasa iri pada pajabat lainnya yang haus kekuasaan. Di saat Jepang akan menginvasi Korea, kala itu raja dihasut oleh Won Gyun sehingga Laksamana Yi dituduh pengintai dan mendapatkan siksaan di ibukota. Saat itu hampir saja raja mengeksekusi beliau namun para pendukung Yi di istana memohon kepada raja untuk tidak membebaskannya dari hukuman mati dengan itu Laksamana Yi dicopot gelarnya.
Armada laut pun diserahkan kepada Won Gyun, namun karena tidak cakap mengendalikan masalah-masalah bahari dan bersikap acuh terhadap pekerjaan mengelola angkatan laut. Sementara itu Jepang terus menghasut agar Korea mengirimkan pasukan untuk menghadapi armada Jepang. Setelah perintah diumumkan, Won Gyu mengerahkan kapal perang namun hasilnya sangat buruk karena dia tak bisa mengendalikan jalannya kapal sehingga armada Jepang menang. Dia melarikan diri ke darat namun dibunuh oleh pasukan Jepang yang sudah menunggunya di sana. Setelah kekalahan ini raja kembali mengangkat Laksamana Yi. Walau sedang dalam masa duka karena meninggalnya ibundanya Yi tetap menerima jabatan dengan gagah berani. Kemudian Yi melakukan perjalanan ke provinsi Jeolla. Yi mengumpulkan 12 kapal yang selamat (wikipedia: terkumpul 13 kapal) dan berencana melindungi perairan Jeolla. Raja ingin Yi kembali dan bergabung dengan angkatan darat karena khawatir akan kalah dengan hanya bermodalkan 12 kapal.
Dalam film ini Yi mengirimkan pesan pada Jendral Kwon Yul untuk meminta bantuan senjata dan pasukan namun ditolak oleh Jendral Kwon Yul. Di sisi Jepang, Laksamana Kurujima mengirim kepala-kepala prajurit Joseon yang mati dibantai Jepang. Dan membuat Armada laut terguncang dan ketakutan. Putranya yang ikut berperang bersama Yi menyarankan ayahnya untuk pensiun dan tidak terlibat perang. Putra Yi merasa tak ada gunanya sekalipun ayahnya bisa memenangkan perang dengan berbekal 12 kapal itu. Karena raja tetap akan mengabaikannya, lantas putranya bertanya untuk alasan apa ayahnya berjuang? Laksamana Yi menjawab "Aku berjuang untuk kesetiaan."
Putranya bertanya lagi "Kesetiaan untuk siapa? Raja yang tak tahu malu itu?" Dan Laksamana Yi kembali menjawab "Ada pepatah, Seorang prajurit harus mengikuti rajanya... dan raja mengikuti rakyatnya." Laksamana Yi meneruskan "Tak ada negara tanpa rakyat, tanpa rakyat tak akan ada raja."
Kemurnian hati dan kesetiaan Laksamana Yi untuk berjuang demi keselamatan bangsanya menggugah banyak prajuritnya.
Namun begitu beberapa prajuritnya berkhianat, melarikan diri, berusaha membunuh Laksamana Yi dan membakar kapal kura-kura yang baru saja dirakit selesai. Para kapten dan prajurit pun ketakutan karena satu-satunya harapan mereka telah hangus terbakar. Mereka berusaha untuk memohon pada Laksamana Yi agar armada laut mundur dan tidak terlibat perang di semenanjung. Pendapat Laksamana Yi berbeda, tanpa bergeming Yi mengumpulkan semua prajurit dan memerintahkan membakar rumah-rumah agar tak ada tempat untuk pulang sehingga armada laut harusnya mati di laut. Laksamana Yi juga memberi semangat bahwa Jika ingin hidup kalian akan menemukan kematian sebaliknya jika ingin mati maka akan menemukan kehidupan. Laksamana Yi juga berkata jika satu orang berjuang maka akan mengalahkan ribuan orang. Dengan itulah 12 kapal berlayar ke selat myeongnyang menghadapi Jepang.
Dengan gagah berani 12 kapal membentuk formasi satu baris berlayar menuju armada laut Jepang yang sedang menuju selat Myeongnyang. Ketika Armada laut Joseon telah melihat betapa besarnya kekuatan armada laut Jepang (300 kapal namun hanya masuk 130 kapal karena sempitnya selat), 11 kapal pun mundur meninggalkan kapal utama yang dipimpin Laksamana Yi. Mengetahui itu Laksamana Yi tak gentar dan tetap maju dan juga tak berusaha memanggil kapal yang lain untuk bergabung. Armada Laut Jepang melihat keadaan Laksamana Yi yang berjuang hanya 1 kapal lalu menyerang ringan mengirim batalion pertama beberapa kapal. Dengan kepiawaiannya yang telah mengenal laut di sekitar selat Myeongnyang, Laksamana Yi menenggelamkan batalion pertama, dan kedua.
Melihat pertahanan kapal utama yang begitu tangguh menghadapi armada laut Jepang. Kapal yang mundur pun kembali untuk membantu kapal utama. Mereka percaya bahwa Laksamana Yi memang tak terkalahkan. Dan akhirnya dengan bantuan alam yaitu pusaran air peralihan arus di selat Myeongnyang, kapal-kapal Jepang terjerat dan saling bertabrakan. Hal yang serupa dialami kapal utama yag memancing kapal-kapal Jepang ke pusaran, kapal yang ditumpangi Yi pun terjerak arus pusaran air hingga hampir tak terselamatkan. Bahkan para awak kapal telah berpasrah diri. Penduduk yang seharusnya melarikan diri melihat keadaan kapal utama yang mati-matian mempertahankan wilayah datang dengan perahu sekoci dan menarik kapal Yi dan berhasil membuat kapal stabil lagi.
Dengan 11 kapal yang kembali, Yi pun dengan percaya diri melaju kearah musuh. Dan membuat kapal musuh yang tersisa mundur dari peperangan.
Kesimpulan
Saya membahas tentang alur cerita dan bagaimana sebuah keyakinan diri dengan mengorbankan diri untuk negara namun khususnya untuk rakyat, untuk jutaan manusia yang memiliki harapan kehidupan akan menggugah keberanian lainnya. Kegagahan seorang Jendral Lee Soon shin bukan gila perang namun mempertahankan perbatasan yang memang memiliki harapan. Penuh keyakinan untuk mengubah ketakutan menjadi keberanian.
Sekian bedah filmku kali ini. Sampai ketemu di bedah film lainnya!
Komentar
Posting Komentar